top of page

DMZ Korea: Menyaksikan Potret Pemisah Korea

Berkunjung ke Korea Selatan pada Juni lalu, menyisakan satu pengalaman berharga bagi saya, khususnya sebagai seorang mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional yang mempelajari bagaimana hubungan antara negara-negara di dunia, tak terkecuali hubungan kedua Korea. Korea terbagi menjadi dua (Korea Selatan dan Korea Utara) sejak masa Perang Dingin lalu. Keduanya terpisah karena perang ideologi antara Uni Soviet (Korea Utara) dan Amerika Serikat (Korea Selatan). Perang Korea kemudian pecah pada 1950-1953 lalu dan menyisakan DMZ sebagai pembatas diantara keduanya.

APA SEBENARNYA DMZ?

DMZ merupakan singkatan dari de-militarized zone yang merupakan buffer zone pemisah antara Korea Selatan dan Korea Utara yang terbentang sebagai pembatas diantara keduanya. Terdapat beberapa tempat yang dapat kita kunjungi di DMZ. Tidak semua tempat di DMZ dapat kita kunjungi, hanya beberapa tempat saja seperti Third Tunnel, Dorasan Station, Dora Observatory, Bridge of Freedom, Panmunjeom, dan Imjigak. Mengunjungi DMZ yang terletak kurang lebih 60 km dari ibu kota Seoul, tepatnya di Kota Paju, membawa saya seperti berkunjung ke sebuah kota kecil yang ada di Indonesia. Hamparan sawah dan perkebunan menyambut saya, memberikan sudut pandang lain terkait pembangunan di Korea Selatan. Memasuki DMZ, pengunjung harus membeli tiket dan menunjukan paspor aslinya. Tidak hanya itu, pemeriksaan pengunjung pun dilakukan hingga ke dalam bus, dengan tentara Korea Selatan memeriksa satu-persatu kesesuain wajah pemegang paspor dengan foto di paspornya.


THIRD TUNNEL (3rd TUNNEL)


Third Tunnel (Terowongan ke-3) merupakan salah satu terowongan dari 4 terowongan bawah tanah yang dibuat oleh militer Korea Utara untuk menyusup ke wilayah Korea Selatan. Keempatnya menuju ke arah Blue House, kediaman presiden Korea Selatan. Hingga kini, militer Korea Selatan mempercayai bahwa masih banyak terowongan-terowongan lainnya yang belum berhasil terungkap. Bagi kalian yang hobi mengambil foto untuk mengabadikan kunjungan ke dalam sini, mungkin akan kecewa karena kita tidak diperbolehkan membawa kamera bahkan HP.


Sedikit tips bagi kalian yang mengunjungi tempat ini, sebaiknya gunakan alas kaki yang nyaman dan jaket. Kalian akan memasuki terowongan yang sangat panjang ke arah bawah dengan menggunakan helm proyek untuk melindungi kepala saat memasuki area terowongan yang landai namun tidak tinggi. Saat kembali ke luar terowongan, ini lah yang menjadi tantangan perjalanan kalian. Terowongan yang menanjak dengan jarak yang panjang cukup menguras tenaga dan membuat saya terengah-engah serta berkeringat di tengah suhu terowongan yang dingin. Saya berjalan di dalam barisan sekelompok pria Korea yang sedang menjalankan wajib militer dengan seragamnya, dan mereka juga terengah-engah.


Wah, lalu kalau berkunjungan dengan orang tua yang tidak kuat untuk menuruni / menanjak terowongan bagaimana? Tenang, ada kereta yang siap mengantar dari atas ke dalam dan sebaliknya.


DORASAN STATION, POTRET OPTIMISME SELATAN DAN UTARA


Mengapa saya katakan sebagai potret optimisme? Dorasan Station memang terlihat biasa saja dari luar. Seperti sebuah statsiun modern pada umumnya, Dorasan Station dibangun dengan arsitektur modern dan siap dengan segala fasilitasnya, namun belum beroperasi. Stasiun ini belum beroperasi karena kedua Korea belum bersatu. Nantinya, jika reunifikasi terjadi, maka stasiun ini akan menjadi stasiun penghubung antara Seoul dan Pyeongyang, ibu kota Korea Utara. Dorasan Station merupakan stasiun yang dibangun dan direncanakan untuk menghubungkan transportasi dari selatan ke utara, yakni menghubungkan Seoul dengan Pyongyang, Ibukota Korea Utara. Sayangnya, persatuan itu belum terjadi sehingga stasiun ini belum dapat beroperasi. Padahal, jika stasiun ini beroperasi Korea dapat terhubungan dengan daratan Tiongkok dan tersambung hingga ke Eropa.


 

“Not the last station from the South, but the first station toward the North.”

 

Hal wajib yang dapat dilakukan disini adalah berfoto di depan papan penunjuk arah kereta Seoul - Pyeongyang. Selain itu, kita juga dapat masuk ke peron stasiun dengan membeli tiket masuk. Jangan lupa untuk bermain ke sudut information desk yang ada di sisi kiri stasiun saat Anda memasuki ruang tunggu stasiun, Anda bisa menemukan cap keberangkatan menuju Pyeongyang. Semoga suatu hari nanti, mungkin tidak dalam waktu dekat, kedua Korea dapat bersatu kembali.


DORA OBSERVATORY, JENDELA UNTUK MELIHAT KEHIDUPAN UTARA

Dora Observatory bagaikan sebuah jendela bagi saya untuk melihat suasana nyata wilayah Korea Utara yang selama ini hanya dapat saya bayangkan saja. Di sini, kita dapat melihat wilayah Korea Utara melalui teropong berbayar yang tersedia. Seperti apa kondisinya? WIlayah yang terlihat seperti wilayah pedesaan sederhana yang sangat sepi dan minim aktifitas.

You Might Also Like:
bottom of page